Kesempurnaan wudhu bukan hanya tentang air yang mengalir membasahi anggota tubuh, tetapi juga tentang hati yang hadir dan niat yang tulus.
Dalam sejumlah hadits, Rasulullah ﷺ mencontohkan bagaimana isbaghul wudhu — menyempurnakan wudhu — menjadi bagian penting dari ibadah seorang muslim.
Berikut lima pelajaran penting dari hadits-hadits Rasulullah ﷺ tentang wudhu yang sempurna.
1. Wudhu Sempurna Tidak Lebih dari Tiga Kali Basuhan
Nabi ﷺ menjelaskan batas kesempurnaan wudhu dengan sangat jelas.
عَنْ جَدِّهِ، قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَسْأَلُهُ عَنِ الْوُضُوءِ فَأَرَاهُ الْوُضُوءَ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ “ هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَسَاءَ وَتَعَدَّى وَظَلَمَ ”
Artinya:
“Dari kakeknya, ia berkata: Seorang Arab Badui datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya tentang wudhu. Maka beliau memperlihatkan cara berwudhu tiga kali-tiga kali, kemudian bersabda: ‘Seperti inilah cara wudhu yang benar. Barang siapa melebihi dari ini, maka sungguh ia telah berbuat buruk, melampaui batas, dan berlaku zalim.’”
Hadits ini menjadi dasar bahwa batas kesempurnaan wudhu adalah tiga kali basuhan, baik saat membasuh maupun mengusap anggota wudhu. Lebih dari itu tidak lagi termasuk dalam kesempurnaan, bahkan tergolong melampaui batas.
Melalui hadits ini pula, umat diajak untuk memahami makna israf (berlebihan) dalam ibadah — bahwa menyempurnakan wudhu bukan berarti menambah jumlah, melainkan menjaga niat, ketepatan, dan kesungguhan dalam setiap basuhan.
2. Rasulullah ﷺ Menjadi Teladan Kesempurnaan Wudhu
Kisah Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu menjadi rujukan kuat dalam memahami wudhu yang paling sempurna.
أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ عُلَمَاؤُنَا يَقُولُونَ هَذَا الْوُضُوءُ أَسْبَغُ مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ أَحَدٌ لِلصَّلَاة
(HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
Artinya:
“Sesungguhnya Humran, bekas budak Utsman, memberitakan kepada ‘Atha bin Yazid bahwa Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu meminta diambilkan air wudhu, lalu ia berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, berkumur dan ber-istintsar tiga kali, membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya hingga siku tiga kali, lalu tangan kirinya seperti itu pula. Ia mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali, lalu kaki kirinya seperti itu pula.
Utsman berkata: ‘Aku melihat Rasulullah ﷺ berwudhu seperti ini.’
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Barang siapa berwudhu seperti wudhuku ini, lalu berdiri dan shalat dua rakaat tanpa memikirkan hal dunia, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.’
Ibnu Syihab berkata: ‘Para ulama kami mengatakan bahwa wudhu seperti ini adalah wudhu yang paling sempurna untuk shalat.’”
Hadits ini menunjukkan bahwa isbaghul wudhu bukan sekadar praktik fisik, tetapi juga bentuk ittiba’ — meneladani sunnah Nabi ﷺ secara sempurna, hingga menjadikan wudhu sebagai jalan penghapus dosa dan pembuka keikhlasan dalam ibadah.
3. Waspadai Godaan Setan “Walahan” Saat Berwudhu
Dalam beberapa riwayat disebutkan adanya setan bernama Walahan, yang khusus menggoda manusia saat berwudhu. Godaan ini muncul dalam bentuk keraguan, tergesa-gesa, atau berlebihan dalam menggunakan air.
Kesempurnaan wudhu justru ada pada ketenangan, kesadaran, dan keyakinan hati. Jangan biarkan Walahan membuat wudhu menjadi sia-sia karena kelalaian atau keraguan.
4. Ajarkan Anak dengan Keteladanan, Bukan Kemarahan
Pepatah mengatakan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak-anak sering meniru cara orang tuanya berwudhu — baik atau buruknya.
Daripada memarahi, lebih baik memberi contoh dengan lembut. Ajari anak bagaimana membasuh tiga kali, mengusap dengan benar, dan membedakan antara siraman untuk wudhu dan siraman setelahnya.
Keteladanan kecil itu akan menanamkan makna besar tentang kebersihan dan kesungguhan ibadah.
5. Wudhu Adalah Cermin Disiplin dan Ketulusan
Syariat memberi kelonggaran: wudhu boleh satu, dua, atau tiga kali basuhan. Namun, yang paling sempurna adalah tiga kali.
Kesempurnaan wudhu mencerminkan disiplin, kesungguhan, dan ketulusan.
Ia bukan sekadar bersuci secara fisik, melainkan juga latihan rohani untuk membersihkan hati dari kesombongan dan kelalaian.
“…tetaplah dalam koridor isbaghul wudhu, patron sempurna seindah himbauan Nabi ﷺ agar dilakukan oleh setiap orang untuk shalatnya.”
Wudhu adalah pintu menuju shalat. Kesempurnaan dalam berwudhu menuntun pada kesempurnaan dalam beribadah.
Dengan meneladani cara Rasulullah ﷺ, kita belajar tentang keseimbangan antara ritual dan kesadaran, antara gerakan dan niat.
Semoga setiap tetesan air wudhu menjadi saksi kebersihan hati dan amal kita.
Amin.
Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

