Membangun Citra yang Nyata: Visi dan Misi LDII untuk Memberikan Manfaat bagi Bangsa dan Negara
Pada sebuah acara podcast di YouTube bersama Mahfud MD, Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono turut hadir sebagai tamu.
Dalam diskusi yang dipandu oleh seorang moderator, keduanya berbincang hangat dan menunjukkan keakraban yang sudah terjalin di antara mereka.
Kedua sosok mantan menteri ini memperlihatkan sinergi yang kuat dan saling menghormati, mencerminkan kolaborasi positif dalam perjalanan karier mereka.
Di tengah perbincangan, Basuki sempat menyoal tentang pencitraan, dengan menyatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan pencitraan yang sering jamak orang lakukan.
Mahfud MD, dalam tanggapannya, kemudian memberikan pandangan yang lebih luas tentang pencitraan. Menurutnya, pencitraan bukanlah hal yang negatif jika dilaksanakan dengan benar dan bertanggung jawab.
“Pencitraan itu bukan sesuatu yang jelek. Setiap pejabat, entitas, atau lembaga harus membangun citra dirinya sebagai pejabat yang benar. Pencitraan itu harus dilakukan,” ujarnya, menjelaskan bahwa membangun citra positif adalah bagian dari upaya untuk memperkenalkan kinerja dan komitmen seorang pejabat kepada publik.
Sebagai masyarakat, kita mungkin sering menganggap pencitraan sebagai sesuatu yang negatif. Namun, seperti yang dijelaskan oleh Mahfud MD, pencitraan sejatinya adalah hal yang perlu dilakukan dengan cara yang tepat.
Membangun Citra yang Nyata: Visi dan Misi LDII untuk Memberikan Manfaat bagi Bangsa dan Negara
Hal ini juga sejalan dengan apa yang terus diupayakan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dalam membangun citra organisasi yang positif melalui berbagai program berbasis 8 Klaster Kontribusi untuk Bangsa.
LDII memahami bahwa citra yang baik harus didukung oleh langkah nyata yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat, seperti program ketahanan pangan, pendidikan, dakwah, dan teknologi digital yang digalakkan secara berkelanjutan.
Bagi kita, sebagai bagian dari masyarakat yang semakin kritis, penting untuk memandang pencitraan dengan sudut pandang yang lebih positif.
Pencitraan yang sehat, seperti yang diupayakan oleh LDII dan dijelaskan oleh Mahfud MD, adalah langkah strategis untuk memperkuat komunikasi antara lembaga dan masyarakat, sekaligus memupuk kepercayaan yang kokoh.
Pembaca, kita juga memiliki peran untuk memastikan bahwa citra yang dibangun oleh lembaga atau pejabat mencerminkan realitas kerja mereka.
Dengan mengawasi, mendukung, dan memberikan masukan, kita turut membantu menciptakan sinergi yang produktif antara lembaga dan masyarakat, sehingga pencitraan benar-benar menjadi alat transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan.
Pada akhirnya, seperti harapan LDII, membangun citra bukan hanya tentang menampilkan wajah yang baik, tetapi juga memastikan bahwa visi dan misi yang dijalankan membawa manfaat nyata bagi bangsa dan negara. (LINES)