Pondok Pesantren Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, menggandeng Departemen Litbang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) DPP LDII untuk menggelar pelatihan zero waste, Selasa (17/12).
Pelatihan ini bertujuan menciptakan lingkungan pondok pesantren yang ramah lingkungan. Hadir sebagai pembicara, Atus Syahbudin dan Erni Suhaina Ilham Fadzry, pengurus Departemen LISDAL.
Atus Syahbudin, akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), menyampaikan bahwa pelatihan ini menitikberatkan pada pengelolaan limbah anorganik agar tidak sekadar dibuang.
“Limbah harus diolah kembali sehingga memberikan manfaat bagi pondok pesantren,” jelasnya.
Atus memberikan apresiasi kepada ibu-ibu dan santri Ponpes Al Ubaidah yang menjadi pelopor program zero waste.
“Mereka adalah garda terdepan yang akan memberikan contoh kepada keluarga bagaimana mengelola sampah dengan benar,” ujarnya.
Pelatihan ini juga melibatkan praktik pemilahan dan pengolahan limbah plastik. Pemisahan limbah organik dan anorganik sangat ditekankan untuk mencegah kontaminasi yang dapat mengurangi nilai guna limbah. Limbah anorganik yang diolah ulang memiliki potensi sebagai sumber ekonomi sirkular, menciptakan peluang pemasukan tambahan bagi rumah tangga.
Erni Suhaina menambahkan, limbah plastik dapat dikreasikan menjadi produk bernilai jual tinggi.
“Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga penting untuk mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA),” jelasnya.
Sebagai tokoh yang telah menerima berbagai penghargaan nasional di bidang lingkungan, Erni mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sampah sebagai sumber daya.
Antusiasme tinggi terlihat dari para ibu dan generasi muda Ponpes Al Ubaidah. Mereka memahami bahwa tanpa aksi nyata, persoalan sampah sulit diatasi. “Kami menyebut mereka sebagai bidadari perubahan yang siap mengubah dunia melalui pengelolaan sampah. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan secara berkelanjutan agar terbentuk komunitas perempuan yang berperan aktif dalam pengelolaan sampah,” ungkap Erni.
Melalui program kampung iklim (Proklim), Ponpes Al Ubaidah diharapkan mampu menjadi pionir pondok pesantren berwawasan lingkungan. Program ini mencakup pembentukan kelompok tani, kelompok zero waste, dan pengembangan ekonomi sirkular berbasis pengelolaan sampah. “Dengan pengelolaan yang tepat, sampah dapat diubah menjadi rupiah, memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat,” pungkas Erni.

